Senin, 05 September 2011

Budaya Istiqomah

Bulan suci Ramadhan sudah berganti dengan bulan Syawal, suasana gembira mewarnai kehidupan umat muslim didunia dengan  datangnya Hari Raya Idul Fitri. Hari-hari penuh dengan semangat ibadah sudah berlalu. Akankah hari-hari itu berlalu tanpa ada bekas sama sekali? Lihatlah masjid-masjid, jamaah sholat maghrib dan isya’ sudah menyusut, satu shof juga belum tentu penuh. Dimana alunan ayat-ayat suci Al-Quran yang menentramkan jiwa? Dimana para wanita yang berbondong-bondong menutup auratnya, mengenakan jilbab? Dimanakah majelis-majelis ilmu yang digalakkan dikantor-kantor? Apakah Ramadhan tidak membawa arti perubahan bagimu?

Mari sahabat belajar pada ulat bulu yang sebagian orang jijik terhadapnya, dia sabar dan bertekad dalam pingitan menjati kepompong melakukan puasa tiga puluh enam hari lamanya, berdzikir dan beribadah, lihatlah hasilnya setelah semua itu terjalani, ulat bulu yang menjijikkan menjadi kupu-kupu nan cantik rupawan penuh warna-warni, bertambah diri dengan potensi terbang lebih tinggi, hanya makan makanan terbaik, sari madu dari bunga-bunga terbaik.


Semoga setelah kita mengucapkan doa “Allohummaj’alna minal ‘aidin waj’alna minal fai’dzin,Ya Alloh, setelah berpuasa Ramadahan ini, jadikanlah kami termasuk hambaMu yang kembali fitrah dan sukses” Ramadhan mengajarkan kita untuk menjadi diri yang lebih baik, lebih santun, lebih bersosial. Hal itu hanya bisa dilakukan jika kita terus melakukan secara konsisten, istiqomah,dihari-hari setelah lebaran. Layaknya sesorang yang sedang dilanda cinta, dia akan melakukan pendekatan-pendekatan secara konsisten, melakukan perbaikan-perbaikan pada dirinya terus menerus untuk dapat mendapatkan perhaitan dari yang dicintainya. Layaknya juga peserta-peserta Master Chef, mereka harus konsisten dengan cita rasa masakan, tekstur dan presentasi masakannya untuk mendapatkan predikat juara. Mari kita mulai dari sekarang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar